JAKARTA, MAJALAHLACAK.COM – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2024 mencapai 2,70% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau secara nominal Rp 609,7 triliun.
Proyeksi defisit APBN 2024 ini lebih tinggi dari target yang ditetapkan, yakni sebesar 2,29% dari PDB atau secara nominal Rp 522,8 triliun.
“Dengan outlook pendapatan dan belanja negara tersebut kami memproyeksikan APBN 2024 akan ditutup defisit dari keseimbangan primer mencapai Rp 110,8 triliun dan defisit total mencapai Rp 609,7 triliun. Ini artinya terjadi kenaikan defisit defisit 2,29% ke 2,7% dari PDB,” ujar Sri Mulyani dalam Rapat Kerja Badan Anggaran (Banggar) DPR RI.
Sri Mulyani menyebut, pendapatan negara dalam APBN 2024 juga diperkirakan akan mencapai Rp 2.802,5 triliun atau tumbuh 0,7% yoy. Utamanya dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi yang terjaga dan positif, implementasi reformasi perpajakan, peningkatan dividen BUMN dan peningkatan layanan kementerian/lembaga (K/L).
Sementara itu, outlook belanja negara dalam APBN 2024 diperkirakan mencapai Rp 3.412,2 triliun atau 102,6% dari pagu APBN 2024 atau tumbuh 9,3%.
Hal ini seiring perang APBN sebagai shock absorber untuk tetap menjaga momentum pertumbuhan, melindungi daya beli dan mendukung pencapaian target-target prioritas pembangunan nasional.
Sri Mulyani juga memperkirakan pembiayaan anggaran untuk membiayai tambahan defisit Rp 609,7 triliun akan dibiayai melalui tambahan penggunaan Sisa Anggaran Lebih (SAL) Rp 100 triliun dan penerbitan surat berharga negara (SBN) tetap lebih rendah sebesar Rp 214,6 triliun.
“Meskipun defisitnya naik, penerbitan SBN-nya tidak naik, malah justru lebih rendah Rp 214,6 triliun,” katanya.
Asal tahu saja, Kemenkeu mencatat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 mencatat defisit sebesar Rp 77,3 triliun pada Semester I-2024 atau 0,34% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Sementara itu ditempat terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebutkan pelebaran defisit tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Mulai dari Bantuan Langsung Tunai (BLT) hingga pupuk.
Dia menjelaskan, dalam memitigasi fluktuasi harga sembako, pemerintah melakukan penambahan anggaran BLT sebesar Rp11 triliun. Adapun untuk subsidi pupuk ditambahkan sebesar Rp14 triliun.
Menurutnya, penambahan subsidi ini perlu dilakukan karena pasokan yang ada kurang untuk memenuhi kebutuhan para petani.
“Biasanya kan sekitar 8-7 juta ton, dengan pupuk yang ada sekarang Rp26 triliun itu hanya 5,7 juta ton, jadi jelas tidak cukup dan itu tercermin dari produksi padi bukan hanya karena pupuk tapi karena El-Nino itu turunnya banyak. Januari-Maret itu demand dan supply deltanya short 1 juta,” jelas Airlangga.
Kemudian, proyeksi target defisit APBN 2024 juga disebabkan karena tak adanya kenaikan listrik dan Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga Juni 2024. Sehingga, dibutuhkan anggaran yang lebih untuk menopang kenaikan harga minyak dunia yang terus meningkat.
“Kemudian tadi diputuskan dalam Sidang Kabinet Paripurna tidak ada kenaikan listrik, tidak ada kenaikan BBM sampai Juni (2024) baik itu yang subsidi maupun non subsidi,” pungkasnya.